Sugeng sonten,, sambil minum kopi dan makan singkong goreng yang masih panas (maklum, wong ndeso) , kayanya enak juga kalo kita bahas topik ini..
Good corporate Governance (GCG) memang semakin familiar kita dengar sejak terjadi krisis ekonomi di Indonesia sebelas tahun yang lalu, karena disinyalir bahwa tata kelola perusahaan yang buruklah yang menyebabkan krisis ekonomi, terutama di Asia Tenggara terjadi. bad-corporation
Memasuki millennium ketiga, di Amerika terjadi skandal yang mengguncang wallstreet, yaitu ambruknya perusahaan komunikasi raksasa WOrldcom dan perusahaan energi Enron. Bukan hanya harga saham yang turun drastis namun juga pemberhentian lebih dari 21000 karyawan dan ambruknya IHSG.
Lagi lagi tentang tata kelola perusahaan yang buruk, entah itu karena tidak transparan, tidak bertanggungjawab, para pimpinannya tidak memiliki integritas yang tinggi sehingga dengan posisi yang ia miliki dimanfaatkan untuk melakukan korupsi atau bersekongkol dengan lembaga akuntan public untuk membuat laporan keuangan dan laporan laba palsu. Kejahatan seperti ini biasa disebut dengan istilah White collar crime,.dimana seseorang yang mempunyai kekuatan/power dan jabatan yang dengan memanfaatkan wewenang jabatannya tersebut untuk melakukan tindakan yang melanggar norma hukum
Benarkah bahwa yang mendorong kita untuk tidak berbuat hal-hal yang melanggar kode etik dan norma hukum adalah integrity atau Integritas.. memang sepertinya itu suatu hal yang ideal,. Integritas tidak memiliki makna tunggal, karena bisa diartikan sebagai satunya perkataan dengan perbuatan yang berdasarkan kebenaran, kejujuran, ketulusan hati dan tanggung jawab. Atau kalau mau serius, integritas kerja menurut kamus kompetensi adalah bertindak konsisten sesuai dengan kebijakan dan kode etik perusahaan. Memiliki pemahaman dan keinginan untuk menyesuaikan diri dengan kebijakan dan etika tersebut, dan bertindak secara konsisten walaupun sulit untuk melakukannya.
Nah sekarang, mungkin gak siy integritas seseorang diukur? Tapi sebelumnya, perlu gak setiap orang memiliki integritas yang tinggi dalam bekerja? Mustikah diatur dan dikontrol oleh perusahaan? Atau ini hanya masalah moral yang bisa dikontrol diri sendiri saja? Kalaupun Integritas itu diukur, saya belum mendapatkan gambaran yang jelas seperti apa metode pengukuran integritas tersebut, apakah ini cukup dengan penilaian dari rekan kerja kita? Ataukah assessment yang lebih mendalam yang dinilai secara harian,, namun siapa yang menetapkan standar integritas itu? Dan apa parameter seseoarang dikatakan berintegritas tinggi?
Apabila diukur, benarkah dengan sistim skoring -1= kurang, 2 = cukup, 3= baik, dan 4= tinggi- bisa mengukur integritas seseorang? Tentu saja dengan beberapa item yang akan diukur dengan skor-skor tersebut, seperti tanggung jawab, disiplin, jujur, kreatif dan loyalitas. Namun, apakah item-item tersebut bisa diukur? Kalau memang bisa, bagus, itu berarti integritas seseorang bisa diukur dan bisa dijadikan syarat bekerja atau dijadikan standard integritas karyawan. Namun kalau ternyata tidak bisa, berarti kira-kira dengan cara apa integritas seseorang itu diukur?
Apakah jika tidak bisa diukur, berarti hal terserbut tidak penting untuk Checquedibicarakan? Atau tidak usah diukur saja sekalian biar menjadi tanggung jawab masing-masing individu? Namun, kembali lagi ke peristiwa diatas, ketika terjadi skandal besar-besaran tentang tata kelola perusahaan yang buruk, tentu saja itu karena integritas personel perusahaan tersebut buruk… dengan kata lain, berarti integritas itu sangat penting, apalagi untuk organisasi besar.
Saya sendiri tidak bisa mengklaim diri sendiri bahwa dengan menulis tulisan ini, berarti saya tau banyak tentang integritas, justru karena saya tidak mempunyai gambaran yang jelas mengenai integritas itulah yang mendorong saya untuk mengeksplore masukan-masukan dari temen-temen setelah membaca tulisan ini. Yang pasti, ketika kita bisa jujur dengan diri sendiri, berarti kita bisa jujur dengan orang lain. Hehe,, jujur, saya masih nggak ngerti,, ^o^